Sejarah telah mencatat bahwa Pantai Ampenan banyak menyimpan kenangan di zaman dulu. Puing-puing yang berupa tiang besi berdiri kokoh di tepi pantai adalah bukti autentik atas keberadaan bekas pelabuhan yang dibangun oleh orang Belanda pada tahun 1942. Suatu terjemahan sejarah bahwa di tempat ini pernah ada pelabuhan tersibuk di Pulau Lombok pada tahun 1948-1970-an, bahkan mampu menghidupkan hubungan perdagangan Lombok dengan daerah lain, seperti Makassar, Kalimantan, Bali dan lain-lain. Namun karena arus gelombang yang kuat di selat Lombok menjadi kendala bagi kapal-kapal besar untuk memasuki kawasan pantai ini, akhirnya peran pelabuahan Ampenan dialih-fungsikkan ke Lembar Lombok Barat. Kini, bekas pelabuhan yang mencetak nilai sejarah ini telah beralih fungsi menjadi kawasan wisata. Kawasan wisata yang tiap sorenya ramai dikunjmungi oleh pengunjung atau wisatwan ini lebih dikenal sebagai Pantai Ampenan.
Pantai Ampenan terletak di Jalan Pabean Kota Tua Ampenan Mataram. Pantai yang kini menjadi salah satu idola bagi kaula muda di waktu sore, kini mendapat peerhatian khusus dari pemeritah setempat. Penataan jalan trotoar yang membentang di sepanjang pesisir pantai telah terbangun rapi. Lokasi para pedagang makanan dan minuman telah diatur dengan mengikuti ruas jalan trotoar. Namun dalam pengembangannya, pemerintah pun kini melakukan renovasi lokasi untuk para pedagang. Bangunan yang sifanya semi permanen kini sedang ditangani oleh pihak developer. Para pedagang tinggal menunggu waktu untuk memindahkan barang dagangannya di ruang-ruang yang baru.
Selain itu, agar daya tarik pengunjung mengalami peningkatan kuantitas, pihak pengelola wisata yang bekerja sama dengan pihak pemerintah mempersembahkan sebuah bangunan unik nan indah di atas puing-puing bekas dermaga yang dibangun pada zaman dulu. Bangunan unik tersebut menyerupai sebuah perahu layar yang sedang melaju di atas gelombang air laut. Bangunan indah yang bertengger di atas air laut ini memberi makna tentang betapa hebatnya orang-orang dulu menyeberang di atas laut lepas dan hanya mengandalkan layar perahu tanpa mesin. Demikian juga para pelaut ulung, mereka memiliki sikap keberanian untuk mencari penghidupan di dalam rahim laut dengan hanya mengandalkan perahu layar.
Sensasi wisata pantai di Ampenan sangat tepat jika kita berkunjung pada waktu sore. Selain menikmati matahari senja yang akan terbenam, permainan ombak yang saling berkejaran tampak indah di depan mata. Kitapun dapat menyaksikan betapa bergembiranya anak-anak kecil yang sedang berkejar-kejaran di tepi pantai sembari membiarkan diri diterjan ombak ke tepi.Perahu-perahu nelayan dan kapal pengangkut minyak tanah menjadi bagian dari panorama indah di pantai ini. Wujud Gunung Agung yang membiru di Pulau Dewata Bali dapat dipandang jelas dari pantai ini. Demikian juga dengan aneka ragam makanan khas Lombok siap menemani di pantai ini. Namun suatu hal yang paling menabjukkan lagi ketika kita memasuki areal pantai ini adalah munculnya sebuah pemandangan indah dan unik di atas bekas dermaga di tempoe doelue, yaitu perahu layar yang dilengkapi dengan lampu hias. []
Baca Juga :
15 KOMENTAR
KM JONG CELEBES
29 Desember, 2017
Teergantung diri kita menikmati suatu malam tahun baru......
KM JONG CELEBES
29 Desember, 2017
Cukup malam tahun baru di Pantai Ampenan...gak perlu jauh2..
KM JONG CELEBES
29 Desember, 2017
Swebentar lagi malam tahun baru di Pantai Ampenan....
KM JONG CELEBES
29 Desember, 2017
Sebentar Lagi.......
KM BONGAK
26 Desember, 2017
tempat untuk kumpul bareng bersama teman-teman sambil menulis tentang kehidupan
KM BONGAK
26 Desember, 2017
dengan deburan ombak yang menghiasi suausan pantai ampenan
KM BONGAK
26 Desember, 2017
makan pisang goreng dan sate ayam sambil minum kopi dengan harga terjangkau
KM BONGAK
26 Desember, 2017
Datang malam tahun baru di pantai ampenan melihat perahu cantik, di hiasi dengan lampu warna warni yang khas
KM JONG CELEBES
26 Desember, 2017
Satukan hati di Pantai Ampenan pada malam tahun baru 2018....
KM JONG CELEBES
26 Desember, 2017
penjual jagung bakar ada di Pantai ampenan..
TULIS KOMENTAR